Selasa, 13 Januari 2009

Modal Kendala Budidaya Ikan: Pembuatan Keramba Butuh Dana Puluhan Juta




Senin, 22 Desember 2008 | 10:49 WIB
http://cetak.kompas.com/read/xml/2008/12/22/10491176/modal.kendala.budidaya.ikan.

Sleman, Kompas - Perkembangan budidaya ikan keramba di Sleman saat ini masih terkendala permodalan. Padahal, potensi ekonomi budidaya ikan yang memanfaatkan aliran sungai ini cukup menjanjikan dibandingkan dengan budidaya ikan kolam.

Ketua Kelompok Tani Mina Keramba Jombor Lor, Desa Sinduadi, Mlati, Sleman, Sugiyanto menuturkan, dengan teknik keramba, hasil yang diperoleh petani bisa lebih optimal dibandingkan dengan budidaya di kolam. Salah satunya pertumbuhan ikan lebih cepat karena sirkulasi air yang terjaga.

"Dengan keramba, ikan nila dan bawal bisa dipanen dalam waktu empat bulan, sedangkan kalau di kolam butuh waktu enam bulan," katanya, Sabtu (20/12). Sugiyanto menambahkan, ukuran ikan juga lebih besar dibandingkan hasil di kolam. Enam kilogram bibit bisa menghasilkan 1 kuintal ikan.

Tak repot
Keuntungan lain petani tidak perlu repot mengurusi pergantian air karena sudah secara alamiah "diurus" oleh aliran sungai. "Selain itu, teknik ini juga bebas risiko banjir karena ikan terlindung oleh keramba," kata Sugiyanto.

Namun, pengembangan budidaya itu terkendala mahalnya modal pembuatan keramba. Untuk ukuran keramba 4 meter x 4 meter x 1 meter, lanjut Sugiyanto, dibutuhkan dana setidaknya Rp 10 juta. "Kami sudah berkali-kali mengajukan kredit modal ke bank, namun selalu ditolak karena tidak punya agunan," katanya.

Saat ini, Kelompok Tani Mina Keramba Jombor Lor baru memiliki 11 keramba yang dikelola 16 anggota kelompok. "Jika ada modal, kami berencana menambah lima unit keramba lagi yang dapat membuka lapangan kerja untuk 15 warga desa," tutur Sugiyanto.

Secara terpisah, Kepala Bidang Perikanan Dinas Pertanian dan Kehutanan Sleman AAA Laksmi Dewi mengatakan, permasalahan pengembangan budidaya keramba ikan bukan hanya permodalan saja. Masalah lainnya keterbatasan sungai di Sleman yang bisa dikembangkan untuk budidaya keramba.

"Selain itu, ada persoalan penggunaan aliran sungai yang bersinggungan dengan kepentingan orang banyak, selain perikanan," kata Laksmi. Karena itu, ia menuturkan, pihaknya tidak bisa mendorong pengembangan jenis perikanan ini terlalu jauh.

Mengenai dukungan permodalan dari pemkab, ujar Laksmi, pihaknya sangat selektif dalam memberikan skema bantuan penguatan modal. Hal itu dikaitkan dengan kemampuan dan tanggung jawab kelompok dalam mengelola usaha perikanan mereka. "Jika kelompok itu menunjukkan pengelolaan dan prospek yang baik, sangat terbuka bagi mereka untuk memperoleh bantuan penguatan modal Rp 10 juta," katanya. (ENG)
Selanjutnya..

Memulai Bisnis Baru untuk Gerakan Indonesia Tercinta




Pada awalnya, keberanian adalah modal utama untuk memulai dunia bisnis. Tanpa keberanian, juga tekad yang kuat, maka usaha baru sulit untuk dijalankan. Kejujuran adalah faktor berikutnya dalam memulai usaha, sedangkan faktor modal menjadi faktor selanjutnya. Keberanian dan tekad yang bulat akan menjawab semua tantangan dan kondisi yang ada.

Sebagai contoh, berikut ini adalah kisah keberanian seorang pelajar SMP. Karena kondisi dan keadaanlah yang membuatnya berani dengan berusaha menjual makanan di sekolah. Makanan itu dibuat oleh orang tuanya. Tentunya dengan jaminan kebersihan, kandungan gizi, juga dengan harga yang sangat terjangkau untuk kalangan pelajar.

Tekad pelajar tersebut untuk mendapat uang saku dari keuntungan berjualan di sekolah dan kejujurannya menjual, membuat dagangannya dapat diterima oleh teman-teman.

Berawal dari 15 bungkus nasi setiap harinya sampai 40 bungkus saat ini --dengan harga Rp 1.500,00 per bungkus-- dia tidak pernah berpikir akan modal awal. Si pelajar berusaha uang sakunya sebagai modal, tentu dengan bantuan orang tuanya.

Inilah kisah kecil, di mana kita bisa mulai berbisnis sejak dini. Karena tekad, kejujuran, keberanian, juga harapan, si pelajar bisa berbuat untuk keluarga. Dan tanpa harus meninggalkan kesenanganan untuk bermain dan tugas utamanya untuk belajar.

Bersambung
Selanjutnya..

Di Jombor, Pada Gerak Inspirasi




Dusun jombor yang terletak di utara Ring. Road Jalan Magelang Km 6, di belakang Monumen Jogja Kembali, merupakan gambaran umum dusun yang tengah berbenah. Banyak kegiatan warga yang tumbuh berkembang. Sebut misalnya, usaha dari kos-kosan, warung makan, tempat penitipan kendaraan karena dekat Terminal Jombor Sleman, dan sebagainya. Melihat potensi yang begitu banyak, diperlukan adanya upaya-upaya peningkatan taraf hidup warga.

Dengan segala upaya memanfaatkan sumber daya manusia dan alam, terdapat sejumlah unit usaha perbengkelan mobil. Salah satunya adalah bengkel Zenith Motor.

Zenith Motor telah mendapatkan "The King Modification" DIY-Jateng dan runner up untuk tingkap tingkat nasional. Dengan perjalanan yang begitu panjang, pemilik bengkel berketetapan untuk pro-hijau. Banyaknya pohon di sekeliling Zenith Motor nyata-nyata dapat mengurangi tingkat polusi. Dan sebagai wujud kepedulian terhadap e-Jogja, per 15 Desember 2008, di area Zenith Motor tersedia layanan free hotspot untuk siapapun yang sudi bertandang.

Di dusun Jombor, tepatnya di bilangan Sungai Bayem, mulai ada geliat ekonomi warga. Atas inisiatif Bapak Sugiyanto, mulai tumbuh-kembang kelompok perikanan dengan menggunakan sumber daya alam yang ada ( khususnya sungai ). Kerja bersama inilah yang menjadi kekuatan pencerahan, dengan hadirnya transaksi jual-beli hasil ikan karamba. Dengan ilmu titen, pak Giyanto tengah mempraktikkan kuasa pasar yang melibatkan warga secara langsung.

Inilah kisah-kisah kecil dengan pertautan narasi besar untuk menyikapi gerak neoliberalisme. Dan Mina Karamba sudah praksis, dengan keringat, pakaian yang berbasah air sungai, juga doa dan pengharapan masyarakat warga. Bukankah pergerakan ini yang menyatakan hadirnya kembali lumbung perekonomian warga di tingkat basis yang bernama Dusun Jombor Lor, Sinduadi, Mlati, Sleman. Bukankah ada titik pergerakan yang boleh jadi tak terlihat jika kita melihatnya dengan Google Earth? Bukankah dengan kedekatan dan bersama warga itu sendiri yang pernah menyatakan keindonesiaan, baik dulu dan sekarang?
Selanjutnya..